KEDUDUKAN PENELITIAN
AGAMA
DIANTARA PENELITIAN
LAIN
I.
PENDAHULAN
Sejak kedatangan islam pada
abad ke-13M hingga saat ini, fenomena pemahaman islam di Indonesia masih di
tandai oleh keadaan yang variatif. Pemahaman keislaman seperti ini barang kali
terjadi pula di Negara-negara lain tidak diketahui secara hak, kondisi ini
merupakan sesuatu kejadian yang alami yang harus diterima sebagai suatu
kenyataan, atau perlu adanya standarisasi umum yang diberlakukan kepada
berbagai paham keagamaan yang variatif itu, sehingga walaupun keadaannya
berfariasi tetapi tidak keluar dari Al-Qur’an dan Al-Sunnah serta sejalan
dengan data-data historis yang dapat di pertanggung jawabkan keabsahannya.
a. Pengertian
Penelitian Islam
Penelitian berasal dari kata “teliti” dapat juga diartikan cermat,
seksama, atau penyelidikan. Menurut Drs. S. Margono “penelitian adalah
penerapan pendekatan ilmiah pada pengkajian suatu masalah dengan tujuan
menemukan jawaban terhadap persoalan yang di signifikan, melalui penerapan
prosedur ilmiah”
Penelitian harus
bersifat ilmiah, sistimatis, empiris, terkontrol, dan harus ada dalil-dalil
hipotesis yang mejadi pendorong mengapa penelitian dilakukan.
Sedangkan islam ada
yang mengatakan sebagai agama karena islam adalah suatu nama aliran agama. Ada
juga yang megatakan bahwa islam bukanlah sekedar agama saja namun islam juga
sebagai sumber hukum, idiologi, dan ilmu
umum.
Jadi, dapat
disimpulkan pengertian penelitian islam adalah suatu pencarian atau pengkajian
terhadap islam dari berbagai macam aspek, baik aspek sosial dan budaya guna
mendapatkan suatu kepastian ataupun kemudahan-kemudahan serta
pengetahuan-pengetahuan baru yang sangat dibutuhkan oleh umat islam dalam
mengkokohkan keyakinannya tersebut.
b. Pengertian
Budaya
Budaya adalah hasil dari cipta karya dan karsa
manusia yang diwujudkan dalam aturan atau norma yang berlaku dalam masyarakat.
Jadi, dapat disimpulkan pengertian budaya adalah suatu perbuatan yang sudah
baku dan sudah menjadi rutinitas secara terus menerus. Budaya juga tidak bisa
di musnahkan hanya berubah dalam bentuk aplikasinya saja.
c. Pengertian
Sosial
Menurut Pitirim Sorogin sosiologi adalah ilmu
yang mempelajari hubungan dan timbal balik aneka macam gejala sosial misalnya
gejala ekonomi dan gejala moral. Jika budaya adalah bentuk atau cipta karya
yang sudah jadi. Maka, sosial adalah suatu proses yang sedang berlangsung
sebelum proses itu selesai dilakukan.
d. Pengertian
Kealaman
Islam tidak dapat dikaji dari segi kealaman.
Karena alam bukanlah gejala agama dan alam juga tidak bias disamakan dengan
budaya dan sosial, ilmu alam juga bersifat baku dan tidak dapat berubah. Jadi,
alam adalah sesuatu yang mutlak dan tak dapat digunakan sebagai alat penelitian
agama.
II.
GAMBARAN TENTANG PENELITIAN ISLAM
a. Mengapa
Agama Perlu Diteliti
Manusia adalah makhluk yang diberi akal dan
nafsu artinya manusia mempunyai kemampuan untuk berfikir mana yang baik dan
mana yang buruk, dengan dibeikan akal tersebut manusia dapat senantiasa
mengembangkan sesuatu dengan kemampuannya tersebut. Sehingga saat ini banyak
sekali ilmu-ilmu baru yang telah dikembangkan maupun ditemukan oleh manusia.
Sejak wafatnya Rasullulah SAW, timbul berbagai
macam persoalan-persoalan baru yang tidak pernah ada pada zaman nabi. Bekal
yang telah diberikan oleh Allah pada
manusia yaitu akal dan fikiran yang dapat membuat manusia memikirkan bagaimana
solusi memecahkan masalah-masalah baru itu. Sementara Rasullulah sebagai
sandaran penetapan hukum islam telah wafat maka, para peneliti (ahli dalam
bidang agama islam atau para ulama) membuat peraturan atau hukum yang sekarang
dikenal antara lain Ijtihad, Qiyas, dan sebagainya.
Jika agama dianggap sebagai suatu keyakinan
maka agama tidak akan dapat diteliti karena keyakinan sifatnya abstrak (tidak
nyata). Namun kita dapat meneliti aktualitas agama yang berbentuk sosial dan
kebudayaan. Contoh kecil, pada suatu desa yang apabila hendak melaksanakan
ibadah shalat jum’at selalu menggunakan songkok dan apabila mereka tidak
menggunakan songkok pada saat melaksanakan shalat jum’at seolah-olah bagi mereka
itu kurang afdhal. Kita dapat melihat dari budaya yang mereka amalkan tersebut
menjadi sebuah aktualusasi agama.
Jadi, jelaslah bahwa bahwa penelitian memang
harus ada, karena hal ini merupakan tuntutan zaman sudah berbeda dengan zaman
dahulu. Di dalam Ushul Fiqh ada kaidah yang mengatakan bahwa ”perubahan hukum
dapat terjadi karena perubahan waktu dan zaman”. Inilah salah satu yang
mendasari mengapa perlu adanya penelitian agama.
b. Perkembangan
Penelitian Agama
Sebenarnya penelitian agama sudah dilakuakan
beberapa abad yang lalu namun hasil penelitiannya masih dalam bentuk actual
atau perbuatan saja belum dijadikan sebagai ilmu. Setelah bertambahnya
gejala-gejala agama yang berbentuk sosial dan budaya, ternyata penelitian dapat
dijadikan sebagai ilmu yang khusus dalam rangka menyelidiki gejala-gejala agama
tersebut.
Perkembangan penelitian agama pada saat ini
sangatlah pesat karena tuntutan-tuntutan kehidupan sosial yang selalu mengalami
perubahan. Kajian-kajian agama memerluka relevansi dari kehidupan sosial
berlangsung, permasalahan-permasalahan seperti inilah yang mendasari
perkembangan penelitian-penelitian agama guna mencari relevansi kehidupan
sosial dan agama.
Adapun beberapa penelitian-penelitian yang
muncul dalam melaksanakan penelitian agama adalah sebagai berikut, antara lain:
1.
Penelitian
Historis (Historical Research).
2.
Penelitia
Kasus dan Penelitian Lapangan.
3.
Penelitian
Korelasional (Correlational Research).
4.
Penelitian
Kausal – Komparatif (Causal Comparative Research)
5.
Penelitian Exsperimental
Sungguhan
6.
Penelitian
Tindakan (Action Reseach)
7.
Grounded
Research.
Jika dilihat dari segi penelitian agama secara
khusus banyak juga model-model penelitian agama yang telah di temukan
diantaranya adalah:
1.
Model
Penelitian Tafsir
2.
Model
Penelitian Hadist
3.
Model
Penelitian Filsafat Islam
4.
Model
Penelitian Ilmu Kalam
5.
Model
Penelitian Tasawwuf
6.
Model
Penelitian Figh (Hurum)
7.
Model
Penelitian Politik
8.
Model
Penelitian Pendidkan Islam
9.
Model
Penelitian Sejarah Islam
10.
Model
Penelitian Pemikiran Modern dalam Islam
11.
Model
Penelitian Antropologi dan Sosiologi
c. Fungsi
Penelitian Islam
Dengan adanya hasil penelitian
agama banyak sekali manfaat yang diperoleh dalam pelaksanaan aktivitas
peribadatan
1. Mempermudah Dalam Memahami Islam
Kita dapat
mengetahui bahwa untuk memahami suatu hal kita membutuhkan suatu penunjang demi
mendukung proses pemahaman tersebut. Hasil daripada penelitian-penelitian
dapatlah kita gunakan sebagai referensi untuk lebih dalam lagi memahami ajaran
islam, dengan adanya hasil penelitian itu maka kita dapat dengan mudah
mempelajari apa yang akan kita kaji.
2. Menambah Wawasan
Mengapa
kami katakan penelitian islam bisa menjadi sarana untuk menambah wawasan,
karena subtansi ajaran islam sangatlah luas, dengan melakukan penelitan
terhadap subtansi-subtansinya maka kita secara langsung menambah pengetahuan
kita terhadap islam.
III. KEDUDUKAN
PENELITIAN AGAMA
Berdasarkan uraian-uraian
diatas bahwa penelitian agama dapatlah di teliti pada pendekatan sosial dan
budaya. Manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki aktivitas tetap maupun
tidak tetap baik terencana atau tidak terencana. Semua itu merupakan bagian
dari pada kehidupan manusia yang selalu ingin hidup lebih baik. Penelitian
agama tidaklah dapat dilaksanakan apabila kita meneliti agama dari aspek
keyakinannya, karena keyakinan merupakan suatu hal yang abstrak adanya sehingga
tidak memungkinkan kita untuk menelitinya. Namun apabila agama kita lihat dari
aspek gejala sosial dan budaya maka banyak sekali hal-hal yang perlu kita
teliti.
Agama tidaklah dapat diteliti
dengan menggunakan pendekatan gejala-gejala alam sebab hukum alam merupakan
hukum kausalitas (sebab akibat) yang itu semua merupakan sunnatullah. Artinya
bahwa memang hukum alam adalah hukum yang tidak dapat kita ubah (mutlak seleksi
alam atau mutlak ketentuan Allah). Contoh kecil hukum alam adalah “dimanapun
air akan mengalir dari dataran tinggi menuju ke dataran yang rendah, apabila
air di panaskan dengan suhu 100℃ maka air tersebut mendidih”. Sehingga hal-hal tersebut tidaklah dapat
dikatakan sebagai gejala-gejala
agama.
Maksud dari penelitian agama
dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan gejala-gejala sosial dan budaya,
karena gejala-gejala sosial dan budaya merupakan suatu proses pelaksanaan dari pada
ajaran yang mereka anut contoh, untuk membuktikan bahwa seseoran itu beriman
terhadap allah maka kita harus melihat dari kegiatan-kegiatan yang mereka
lakukan. Contohnya, dalam islam ada ciri-ciriatau kreteria- kreteria iman
yaitu:
a.
Iman Kepada
Allah
b.
Iman Kepada
Rasul
c.
Iman Kepada
Malaikat
d.
Iman Kepada
Kitab Allah
e.
Iman Kepada
Hari Kiamat
f.
Iman Kepada
Takdir
Untuk membuktikan
orang yang beriman kepada Allah maka kita harus mengetahui apakah mereka telah
meleksanakan rukun iman tersebut diatas jika semua rukun-rukun iman tersebut di
atas dilaksanakannya maka ia masuk dalam kreteria orang-orang yang beriman.
Karena, dalam islam tidak dikatakan orang beriman kalau hanya mengatakan ”aku
telah beriman”, namun harus ada bukti dalam wujud perbuatan. Kalau dia hanya
mengatakan “aku telah beriman” saja atau hanya ”yakin” saja, maka mereka tidak
dikatakan sebagai orang yang beriman.
Contoh kecil, ketika ada seorang yang dirayu kekasihnya dengan mengatakan ”Aku
sayang kamu” namun ia tidak menepati janji-janjinya atau dia tidak setia
kepadanya, siapapun tidak akan percaya dengan potongan manusia seperti ini. Itu
baru manusia apalagi Tuhan Yang Maha Sempurna yang sama sekali tidak mengharapkan atau membutuhkan apa-apa
dari manusia tidak akan percaya dengan gombal atau janj-janji belaka.
Demikian pula dengan
kebudayaan yang merupakana hasil cipta karya sosial manusia yang dilakukan
secara rutinitas. selama kebudaaan tersebut tidak bertentangan dengan syariat
islam. Maka, kebudayaan yang berbentuk apapun boleh dilakukan. Dan kita
harus berusaha untuk mengarahkan ke arah
yang yang tidak dilarang oleh ajaran agama. Dewasa ini, banyak sekali
ragam-ragam kebudayaan yang berkembang di masyarakat. Budaya yang harus
dicermati adalah budaya-budaya barat. Seperti pakaian, kebanyakan orang-orang
sekarang merasa bangga bila memakai pakaian-pakaian yang bermerek dari luar
negri. Bahkan pakaian adat ketimuran dianggap sebagai pakaian yang konservatif.
Ada sebuah hadist Nabi yang memerintahkan kita untuk mencegah kemungkaran. Sebgaiman
sabdaNya yang artinya “barang siapa melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan
tangannya, apabila tidak mampu maka dengan lisannya. Apabila tidak mampu juga
maka dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemah iman”.
Kalau kita lihat
bahwa sosial adalah segala bentuk proses pelaksanaannya dan budaya adalah hasil
dari sosial yang dilakukan secara terus menerus, dan alam tidak dikatakan
sebagai gejala agama. Maka, jelaslah bahwa letak atau posisi kedudukan
penelitian agama adalah diantara budaya dan sosial.
Mungkin kita akan
bertanya mengapa kedudukan penelitian
agama diantara budaya dan sosial. Kami mengatakan kedudukan penelitian
agama diantara budaya dan sosial karena tidak mungkin peletakan kedudukan
penelitian islam pada alam. Telah disepakati bahwa gejala alam bukan merupakan
gejala agama dan ilmu bila dilihat secara umum selain alam hanya budaya dan
sosial. Dan ketika kita akan meneliti sesuatu harus ada sebuah proses yang
sudah menjadi sebuah budaya. Dan penelitian hanya dapat dilakukan dengan
melihat proses. Maka jelaslah bahwa kedudukan penelitian islam berada diantara
budaya dan sosial.
A.
KEDUDUKAN PENELITIAN AGAMA
DIANTARA PENELITIAN-PENELITIAN LAINNYA
Pada dasarnya penelitian agama sejajar atau sebanding
dengan penelitian-penelitian Non-Agama. Yang membedakan hanyalah objek kajian
yang ditelitinya, yakni bahan referensi penelitian itu sendiri baik agama
maupun non-agama dan ruang lingkup diantara keduanya. Contoh model penelitian
agama seperti penelitian sejarah Islam, Antropologi dan sosiologi agama,
pemikiran modern dalam Islam, politik Islam dan lain-lain. Sedangkan penelitian
Non-Agama seperti penelitian lingkungan masyarakat, ilmu pengetahuan (sains)
kesehatan dan lain-lain. Dengan demikian kedudukan penelitian agama adalah sejajar
dengan penelitian-penelitian Non-Agama.
BARBAGAI PENDEKATAN TERHADAP AGAMA DALAM PENELITIAN AGAMA
Dewasa
ini kehadiran agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara aktif didalam
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi manusia. Agama tidak boleh hanya
sekedar menjadi lambang kesalehan atau berhenti sekedar disampaikan dalam
khotbah, melainkan secara konsepsional menunjukkan cara-cara yang paling
efektif dalam memecahkan masalah.
Tuntunan
terhadap agama yang demikian itu dapat dijawab manakala pemahaman agama yang
selama ini banyak menggunakan pendekatan teologis normative dilengkapi dengan
pemahaman agama yang menggunakan pendekatan lain, yang secara operasional
konseptual, dapat memberikan jawaban terhadap masalah yang timbul.
Berkenaan
dengan pemikiran diatas, maka pada bab ini pembaca akan di ajak untuk mengkaji
berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam memahami agama. Hal demikian
perlu dilakukan, karena melalui pendekatan tersebut kehadiran agama secara
fungsional dapat dirasakan oleh penganutnya. Sebaliknya tanpa mengetahui
berbagai pendekatan tersebut, tidak mustahil agama menjadi sulit difahami oleh
masyarakat, tidaj fungsional, dan akhirnya masyarakat mencari pemecahan masalah
kepada agama lain, dan hal ini tidak boleh terjadi.
Berbagai
pendekatan tersebut meliputi pendekatan toelogis normative antropologis,
sosiologis, psikologis, historis, kebudayaan, dan pendekatan filosofis. Adapaun
yang dimaksud dengan pendekatan disini adalah cara pandang atau paradigm yang
terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami
agama. Dalam hubungan ini, jalaluddin rahmat mengatakan bahwa agama dapat
diteliti dengan menggunakan berbagai paradigm. Reailitas keagamaan yang
diungkapkan mempunyai nilai kebenaran sesuai dengan kerangka paradigmanya.
Karena itu, tidak ada persoalan apakah penelitian agama itu penelitian ilmu
sosial, penelitian legalistic atau penelitian filosofis.
Untuk
lebih jelasnya berbagai pendekatan tersebut dapat dikamukakan sebagai berikut:
A. Pendekatan teologis normatif
Pendekatan
teologi normative dalam memahami agama secara harfiah dapat diartikan sebagai upaya
memahami agama dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari
suatu keyakinan bahwa wujud empiric dari suatu kegamaan dianggap sebagai yang
paling benar dibandingkan dengan yang lainnya. Amin Abdullah mengatakan, bahwa
teologi, sebagai mana kita ketahui, tidak bisa tidak pasti mengacu pada agama
tetentu. Loyalitas terhadap kelompok sendiri, komitmen, dan dedikasi yang
tinngi dan penggunaan bahasa yang bersifat subjektif, yakni bahasa sebagai
pelaku, bukan sebagai pengamat adalah merupakan ciri yang melekat pada bentuk
pemikiran teoligis.
Dari
pemikiran tersebut, dapat diketahui bahwa pendekatan teologi dalam pemahaman
keagamaan adalah pendekatan yang menekankan pada bentuk forma atau
simbol-simbol keagamaan yang masing-masing bentuk forma atau simbol-simbol
keagamaan tersebut mengklaim dirinya sebagai yang paling benar sedangkan yang
lainnya sebagai salah.
Dari
uraian tersebut terlihat bahwa pendektan teologis dalam memahami agama
menggunakan cara berfikir deduktif, yaitu cara berfikir yang berawal dari
keyakinan yang diyakini benar dan mutlak adanya, karena ajaran yang berasal
dari tuhan, sudah pasti benar, sehingga tidak perlu dipertanyakan lebih dahulu
melainkan dimulai dari keyakinan yang selanjutnya diperkuat dengan dalil-dalil
dan argumentasi.
B. Pendekatan atropologis
Pendekatan
antropologis dalam memahami agama dapat diartikan bagai slah satu upaya
memahami agama dengan cara melihat wujud praktis keagamaan yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini agama tampak akrab dan
dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia dan berupaya
menjelaskan dan memberikan jawabannya. Antropologi dalam kaitan ini bagaimana
dikatakan oleh Dawan Rahadjo, lebih mengutamakan pengamatan langsung, bahkan
sifatnya partisipatif.
C. Pendekatan sosiologis
sosiologi
adalah Ilmu yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan
struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang paling berkaitan.
Dengan ilmu ini fenomena sosila dapat dianalisis dengan faktor-faktor yang
mendorong terjadinya hubungan, mobilitas sosial serta keyakinan-keyakinan yang
mendasari terjadinya proses tersebut
Selanjutnya,
sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam memahami agama.
Hal demikian dapat dimengerti, karena banyak bidang kajian agama yang baru
dapat dipahami secara proporsial dan tepat apabila menggunakan jasa bantuan
dari ilmu sosiologi. Dalam agama islam dapat dijumpai peristiwa nabi Yusuf yang
dahulu budak lalu akhirnya bisa jadi penguasa di Mesir. Mengapa dengan
melaksanakan tugasnya nabi Musa harus dibantu oleh Nabi Harun, dan masih banyak
lagi contoh yang lain. Beberapa peristiwa tersebut baru dapat dijawab dan
sekaligus dapat ditemukan hikmahnya dengan bantuan ilmu sosial. Tanpa ilmu
sosial peristiwa-peristiwa tersebut sulit dijelaskan dan sulit pula dipahami
maksudnya. Di sinilah letaknya sosiologi sebagai salah satu alat dalam memahami
ajaran agama.
D. Pendekatan filosofis
Secara
harfiah, kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta kepada
kebenaran, ilmu dan hikmah. Selain itu filsafat dapat pula berarti mencari
hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat serta berusaha menafsirkan
pengalaman-pengalaman manusia.
Dari
definisi tersebut dapat diketahui bahwa filsafat pada intinya berupaya
menjelaskan inti, hakikat atau hikmah mengenai sesuatu yang berada dibalik
objek formanya. Filsafat mencari sesuatu yang mendasar, asas, dan inti yang
terdapat dibalik yang bersifat lahiriyah.
Berfikir
secara filosofis tersebut selanjutnya dapat digunakan dalam memahami ajaran
agama, dengan maksud agar hikmah, hakikat atau inti dari ajaran agama dapat
dimengerti dan dipahami secara seksama.Melalui pendekatan filosofis ini,
seseorang tidak akan terjebak pada pengamalan agama yang bersifat formalistic,
yakni mengamalkan agama dengan susah payah tapi tidak memiliki makna apa-apa,
kosong tanpa arti. Yang mereka dapatkan dari pengamalan agama tersebut hanyalah
pengakuan formalistic. Islam sebagai agama yang banyak menyuruh penganutnya
E. Pendekatan historis
Sejarah
atau historis adalah suatu ilmu yang di dalamnya dibahas berbagai peristiwa
dengan memperhatikan unsur tempat, waktu obyek, latar belakang dan prilaku dan
peristiwa tersebut.” Menurut ilmu ini, segala peristiwa dapat dilacak dengan
melihat kapan peristiwa itu terjadi, di mana, apa sebabnya, siapa yang terlibat
dalam peristiwa tersebut.
Melalui
pendekatan ini seseorang diajak untuk memasuki keadaan yang sebenarnya
berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa. Dari sini, maka seseorang tidak akan
memahami agama keluar dari konteks historisnya, karena pemahaman demikian itu
akan menyesatkan orang-orang yang memahaminya. Seseorang yang ingin memahami
alqur’an secara benar misalnya, yang bersangkutan harus mempelajari sejarah
turunnya alQur’an atau sejarah-sejarah yang mengiringi turunnya alQuran yang
selanjutnya disebut sebagai ilmu asbabul nuzul yang pada intinya berisi sejarah
turunnya ayat alQuran. Dengan ilmu Asbabul nuzul ini seseoarang akan dapat
mengetahui hikmah yang terkandung dalam suatu ayat yang berkenaan dengan hukum
tertentu dan ditujukan untuk memelihara syariat dari kekeliruan memahaminya.
F. Pendekatan kebudayaan
Dalam
kamus umum Bahasa Indonesia, kebudayaan di artikan sebagai hasil kegiaytan dan
penciptaan bathin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, adat
istiadat; dan berarti pula kegiatan (usaha) batin (akal dan sebagainya) untuk
menciptakan sesuatu termasuk hasul kebudayaan. Dengan demikian, kebudayaan adalah hasil daya
cipta manusia dengan menggunakan dan kmengerahkan segenap potensi bathin yang
dimilikinya.
Kebuadayaan
yang demikian selanjutnya dapat dipergunakan untuk memahami agama yang terdapat
pada tataran empiris atau agama yang tampil dalam bentuk foramal yang
menggejala di amsayarakat. Pengalam agama yang ada di masyarakat tersebut
diproses oleh penganutnya dari sumber agama, yaitu wahyu melalui penalaran.
Kita misalnya membaca kitab fiqih, maka fiqih yang merupakan pelaksana dari
nash al-Qur’an maupun hadits sudah melibatkan unsur penalaran dan kemampuan unsur
manusia. Dengan demikian, agama menjadi kebudayaan atau membumi di
tengah-tengah masyarakat.
G. Pendekatan psikologi
Psikologi
atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa seseorang melalui gejala
perilaku yang dapat diamatinya. Menurut Zakiyah Darajat perilaku seseorang yang
tampak lahiriyah terjadi karena dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya. Dalam ajaran agama banyak kita
jumpai istilah-istilah yang menggambarkan sikap bathin seseorang. Misalnya
sikap beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt., sebagai orang yang shaleh, orang
yang berbuat baik, orang yang shadiq (jujur), dan sebagainya. Semua itu adalah
gejala-gejala kejiwaan yang berkaitan dengan agama. Dalam ilmu jiwa ini seseorang selain akan mengetahui tingkat
keagamaan yang dihayati, dipahami dan diamalkan seseorang juga dapat digunakan
sebagai alat untuk memasukkan agama kedalam jiwa seseorang sesuai dengan
tingkatan usianya. Dengan ilmu ini agama akan menemukan cara yang tepat dan
cocok untuk menanamkannya.
Dari
uraian tersebutkita melihat ternyata agama dapat dipahami melalui berbagai
pendekatan. Dengan pendekatan itu semua orang akan sampai pada agama. Seseorang
teolog, sosiolog, antropolog, sejarawan, ahli ilmu jiwa, dan budayawan akan
sampai pada pemahaman agama yang benar. Di sini kit melihat bahwa agama bukan
hanya monopoli kalangan teolog dan normative belaka, melainkan agama dapat
dipahami semua orang sesuai dengan pendekatan dan kesanggupan yang dimilikinya.
Dari keadaan demikian seseorang akan memiliki kepuasan dari agama karena seluruh
persoalan hidupnya mendapat bimbingan dari agama.
KONSTRUKSI TEORI PENELITIAN AGAMA
Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta Mengartikan konstruksi adalah cara membuat
(menyusun) bangunan – bangunan (jembatan dan sebagainya); dan dapat pula
berarti susunan dan hubungan kata di kalimat atau di kelompok kata. Sedangkan
teori berarti pendapat yang dikemukakan sebagai suatu keterangan mengenai suatu
peristiwa (kejadian); dan berarti pula asas-asas dan hukum-hukum umum yang
dasar suatu kesenian atau ilmu pengetahuan. Selain itu, teori dapat pula
berarti pendapat, cara-cara, dan aturan-aturan untuk melakukan sesuatu.
Selanjutnya, dalam ilmu penelitian teori-teori itu pada hakikatnya merupakan pernyataan mengenai sebab akibat atau mengenai adanya suatu hubungan positif antara gejala yang diteliti dari satu atau beberapa faktor tertentu dalam masyarakat, misalnya kita ingin meneliti gejala bunuh diri. sudah mengetahui tentang teori integrasi atau kohesi sosial dari Emile Durkheim (seorang ahli sosiologi Perancis kenamaan), yang mengatakan adanya hubungan positif antara lemah dan kuatnya integrasi sosial dan gejala bunuh diri dari pengertian – pengertian tersebut, kita dapat memperroleh suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Ksnstruksi teori adalah susunan atau bangunan dari suatu pendapat, asas-asas atau hukum – hukum mengenai sesuatu yang antara suatu dan lainnya saling berkaitan, sehuingga membentuk suatu banunan.
Selanjutnya, dalam ilmu penelitian teori-teori itu pada hakikatnya merupakan pernyataan mengenai sebab akibat atau mengenai adanya suatu hubungan positif antara gejala yang diteliti dari satu atau beberapa faktor tertentu dalam masyarakat, misalnya kita ingin meneliti gejala bunuh diri. sudah mengetahui tentang teori integrasi atau kohesi sosial dari Emile Durkheim (seorang ahli sosiologi Perancis kenamaan), yang mengatakan adanya hubungan positif antara lemah dan kuatnya integrasi sosial dan gejala bunuh diri dari pengertian – pengertian tersebut, kita dapat memperroleh suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Ksnstruksi teori adalah susunan atau bangunan dari suatu pendapat, asas-asas atau hukum – hukum mengenai sesuatu yang antara suatu dan lainnya saling berkaitan, sehuingga membentuk suatu banunan.
Adapun penelitian berasal dari kata teliti yang artinya cermat, seksama, pemeriksaan yang dilakukan secara saksama dan teliti, dan dapat pula berarti penyelidikan, tujuan pokok dari kegiatan penelitian ini adalah mencari kebenaran-kebenaran objektif yang disimpulkan melalui data-data yang terkumpul. Kebenaran – kebenaran objektif yang diperoleh tersebut kemudian digunakan sebagai dasar atau landasan untuk pembaruan, perkembangan atau perbaikan dalam masalah-masalah teoritis dan praktis bidang-bidang pengetahuan yang bersangkutan.
Dengan demikian, penelitian mengandung arti upaya menemukan jawaban atas sejumlah masalah berdasarkan data-data yang terkumpul.Barikutnya, sampailah kita kepada pengertian agama. Telah banyak ahli-ahli ilmu pengetahuan seperti antropologi, psikologi, sosiologi, dan lain-lain yang mengcoba mendefinikan agama. R.R. Maret salah seorang ahli antropologi Inggris, menyatakan bahwa agama adalah yang paling sulit dari semua perkataan untuk didefinisikan karena agama adalah menyangkut lebih daripada hanya pikiran, yaitu perasaan dan kemauan juga, dan dapat memanifestasikan dari menurut segi-segi emosionalnya walaupun idenya kabur.Harun Nasution menyebutkan adanya empat unsur penting yang terdapat dalam agama, yaitu :
1) unsur kekuatan gaib yang dapat mengambil bentuk Dewa,
Tuhan, dan sebagainya;
2) unsur keyakinan
manusia bahwa kesejahterahannya di dunia ini dan hidupnya di akhirat nanti amat
tergantung kepada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud;
3) unsur respond yang
bersifat emosional dari manusia yang dapat mengambil bentuk perasaan takut,
cinta, dan sebagainya; dan
4) unsur pahan adanya
yang kudus (sacred) dan suci yang dapat mengambil bentuk kekuatan gaib.
Belum ada tanggapan untuk "Kedudukan Penelitian Agama antara Penelitian Lain"
Post a Comment